Jumat, 20 April 2012

Hewan-hewan berbicara ???!!!


            “Hei! Ayo bangun!”
            “Um? Si.. Siapa?” perlahan kubuka mataku. Terlihat seekor anjing berdiri diatas tubuhku sambil menjilatiku.
“Ayo bangun!” anjing itu berbicara padaku. Ya, yang berbicara adalan seekor an..
“Hah?!? Anjing!?!” aku langsung berteriak sambil mencoba menjauhinya.
I..Ini bukan mimpi kan? A.. aku pasti sudah gila.. Ya, aku pasti sudah gila! Anjing tidak berbicara!
“Hei..” Anjing itu kembali berbicara.
“Plak!!” tanpa menghiraukan anjing itu kupukul wajahku sekeras mungkin. Tidak terjadi apapun selain rasa sakit di wajahku. Kucubit tanganku sekeras mungkin dan..
“Aaauw!!.. sakit!” keluhku.
“Apa kau baik-baik saja?” kini ada seekor burung pipit dengan sayap terluka yang berbicara.
Sayap terluka?!? Itukan burung yang kutolong tadi?!? Jadi aku masih belum terbebas dari mimpi ini?!? Oh Tuhan, tolong aku!!!
“Hei, tenanglah!” ujar si anjing.
Aku langsung menatap tajam pada si anjing.
            Terlihat keringat dingin keluar dari tubuh si anjing. Terlihat semakin banyak dan..
            “Tenang bagaimana maksudmu?!! Bagaimana ada orang yang bisa tenang bila melihat ada anjing yang bisa bicara!? Kalau ini bukan mimpi, maka akulah yang sudah gila sampai berkhayal yang tidak-tidak! Wah.. Bagaimana ini?!?” Aku terus berteriak panik.
            “Hei! Tenanglah sebentar. Ini bukan khayalan. Ini juga bukan mimpi. Kau juga tidak gila, tapi..” omongan anjing terputus.
            “Berarti kau ini adalah robot?! Atau hantu?!” selaku.
            “Bukan! Tapi ini karena kemampuanmu!” ujar burung pipit yang kutolong tadi.
            “Kemam..puan?”
            “Iya! Kau mempunyai kemampuan untuk mengerti bahasa hewan!” jelas si anjing.
            “Kemampuan.. mengerti bahasa hewan?” tanyaku. Aku masih tak mengerti, antara percaya atau tidak.
            “Violin!” panggil burung pipit membuyarkan lamunanku.
            Aku langsung terkejut. “Darimana kamu tahu namaku?”
            “Namaku bukan ‘kamu’! Namaku Mia, dan dia Ken!” ujar Mia sambil menunjuk ken tanpa menghiraukan pertanyaanku.
            “Tapi kamu tidak menjawab pertanya.. wuah!!” Ken langsung mendorong kakiku. Sementara itu Mia tampak bercitcit-citcit.
            Tiba-tiba segerombolan burung pipit(yang sepertinya teman Mia) datang menyerbuku.
            “Wuah!!” aku berteriak kencang, berharap ada seseorang yang mau menolongku. Tapi kurasa percuma. Karena tidak ada yang mau memperhatikanku. Setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi. Karena saat itu aku.. pingsan.. lagi..
***
Lembut.. sangat lembut.. apa ini, ya? Terasa sangat nyaman. Terasa amat bahagia. Semua masalahpun terlupakan… termasuk masalah anjing dan burung yang bisa berbicara dan membawaku terbang. Ya.. semua terlupakan. “…”
            “Anjing dan burung?!?” aku langsung terbangun.
            Kupandang sekeliling. Indah sekali.. Tempat apa ini? Seperti padang rumput. Penuh dengan bunga-bunga liar namun cantik, bunga Dandelion berterbangan, Kupu-kupu dan burung-burung terbang bebas di angkasa, dan.. rumput yang sangat lembut layaknya kain sutra. Serasa bukan di bumi…
“Ini surga?!!” teriakku histeris. “Ja..jadi.. aku sudah meninggal?!!” Tidak mungkin… “Brak!!” kuhempaskan kembali badanku ke atas rumput. Lembut..
Ya, sudahlah… Tidak apalah aku sudah meninggal. Sekarang aku kan sudah tinggal di surga, dan pastinya semua orang di surga kan berteman. Jadi aku bisa tenang. Tuhan juga pasti mau menceritakan mengapa tidak ada yang mau berteman denganku.
“SIAPA BILANG INI DI SURGA?!” terdengar suara yang tidak ingin kudengar sekarang. Mirip dengan suara seekor anjing yang bernama…
Hah?!! Spontan aku langsung bangun dan melihat sekeliling. Kulihat Ken berdiri disampingku, berserta Mia di atas kepalanya.
“Kamu belum meninggal, kok!” ujar Mia sambil mengangkat sayap kanannya.
Apa?!! Terasa kilat menyambar di dalam tubuhku. Anjing dan burung yang bisa berbicara. Sampai kapan aku akan terus mengalami semua ini?!?
“Tenanglah, Violin!” terdengar sebuah suara.
Aku membalikkan kepalaku. Terlihat seorang gadis yang sangat cantik. Rambutnya berwarna kecokelatan dan sangat panjang. Kelihatannya gadis itu sudah SMA.
“Ma..nu..si..a..” ujarku tertegun.
“Eh?” gadis itu tampak heran.
“Jadi yang aneh bukan cuma aku seorang, ya?!!” teriakku sambil memegang kedua pipiku. “Dan kau orang pertama yang berbicara padaku!”
“Tenanglah, Violin. Aku belum selesai berbicara,” ujar gadis itu. Suaranya sangat lembut dan entah kenapa, mendengarnya saja membuat perasaanku menjadi hangat.
“Hah?!! Jadi kamu Tuhan?!!” teriakku spontan.
“Dia bukan Tuhan!” teriak Ken dan Mia bersamaan.
“Ma.. maaf,” ujarku sambil menutup kedua telingaku.
“Hahaha.. Kamu benar-benar gadis yang lucu,” ujar gadis itu sambil tertawa. Ia terlihat sangat cantik.
“Aku? Lucu?” aku tidak mengerti.
“Biar aku memperkenalkan diri. Namaku Erika. Aku..,” Erika menghela napas. “Bukanlah manusia.”
“Heh? Jadi kamu beneran Tuhan?!?” teriakku.
“Kan sudah kubilang dia bukan Tuhan!” teriak Ken.
“Lalu apa?” tanyaku sambil menatap Ken tajam.
“I.. itu..” ujar Ken terbata-bata.
“Nona Erika itu bukan Tuhan. Ia hanya seorang pemimpin,” ujar Mia tiba-tiba. “Dan kamu harus sopan padanya!”
“Benarkah?” ujarku tak yakin.
Terlihat api merah keluar dari tubuh Mia. Sepertinya ia benar-benar marah.
“Kubilang jangan tidak sopan pada Nona Erika!” teriaknya kesal.
“Iya..iya. aku mengerti,” jawabku malas.
“Mencurigakkan,” seru Ken. Aku diam saja mendengarnya.
Sejenak Ken, Mia, dan Erika terdiam.
“Ngo.. Ngomong-ngomong, ini bukan surga, ya?” tanyaku pada Erika.
“Bukan,” jawab Erika sambil tersenyum. “Tempat ini adalah tempat dimana para hewan bebas bergerak dan hidup bersama. Bisa dibilang ini rumah mereka.”
“Rumah, ya,” ujarku mulai mengerti. “Lalu mengapa para hewan disini bisa berbicara?”
“Setiap hewan pasti bisa berbicara. Hanya saja manusia tidak mengerti bahasa mereka,” jelas Erika. “Dan kamu bisa mengerti mereka karena kalung itu.” Erika menunjuk kalung berbentuk rubah yang kupakai.
“Kalung ini.. pemberian kakekku,” ujarku. Tiba-tiba aku menjadi sedih. Kini aku ingat. Kakeklah orang pertama yang berbicara padaku. Sebelum dititipkan pada panti, kakeklah yang merawatku.
“Kalung itu adalah kalung ajaib. Jika memakai kalung itu, kamu bisa mengerti bahasa hewan,” lanjut Erika.
“Kalung ajaib?” aku terdiam sejenak. “Jadi, kakek juga mengerti bahasa hewan?!!”
“Itu.. aku tidak tahu. Maaf, ya,” ujar Erika sambil tersenyum kecewa.
“Begitu, ya,” ujarku agak kecewa.
“Jadi, mulai sekarang kamu yang harus memimpin dan merawat kami!” ujar Ken sambil menjilati kakiku tiba-tiba.
“Eh? Apa maksudmu?” tanyaku heran.
“Teman-teman! Mulai sekarang gadis bernama Violin ini yang akan mengurus kita!” seru Mia tiba-tiba. Hewan-hewan lainnyapun mulai berdatangan mengerubungiku.
“Uwah.. tunggu dulu!” teriakku panik, tak tahu apa yang terjadi.
Terlihat Erika hanya tersenyum melihatku. Lalu mendadak menghilang. Bagaiman bisa? Lalu, apa yang akan terjadi padaku sekarang? Tuhan, tolong jelaskan padaku apa yang terjadi!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar